Koneksi Antar Materi
Modul 3.1
Gambar : Siswa Kelas 9B SMPN 37 Purworejo sedang
melaksanakan pembelajaran IPA
Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara yang terkenal dengan Patrap Triloka merupakan semboyan yang terus
digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan pendidikan. Patrap Triloka yang
dimaksud terdiri dari : Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh/teladan),
Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberikan motivasi), dan Tut Wuri Handayani
(di belakang memberikan dukungan). Ketiga semboyan tersebut tidak lekang oleh
zaman karena hingga saat ini semboyan tersebut terus dijadikan sebagai pedoman
dan acuan dalam menjalankan pendidikan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus mampu menempatkan diri dan mengambil keputusan dalam setiap tindakan yang
dilakukan dengan selalu mengutamakan keberpihakan pada murid. Patrap Triloka
menjadi dasar dari seluruh tindakan yang dilakukan guru dalam upaya membentuk
generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Setiap pengambilan keputusan
hendaknya selalu berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal dimana setiap
individu memiliki aset dan potensi untuk dikembangkan secara menyeluruh.
Dalam setiap pengambilan keputusan sangat dipengaruhi
oleh nilai-nilai kebajikan yang kita miliki sebagai seorang pendidik dan
pemimpin pembelajaran sehingga berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita
ambil. Nilai-nilai yang tertanam pada diri seorang guru akan berpengaruh pada bagaimana
keputusan itu diambil dan akan berdampak pada keberlangsungan siswa di masa
depannya.
Program Pendidikan Guru Penggerak
memberikan banyak pengetahuan, wawasan, hingga pengalaman yang sangat berharga.
Fasilitator selalu mendampingi dan membimbing dengan maksimal termasuk
didalamnya menerapkan teknik “coaching” dalam membimbing Calon Guru Penggerak
untuk mencapai kompetensinya. Terkait
pengambilan keputusan, fasilitator memberikan bimbingan dan juga memberikan
kesempatan untuk banyak berlatih sehingga Calon guru Penggerak mampu mengambil
keputusan secara efktif dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah
pengujian.
Terkait masalah dilema etika, guru harus
mampu mengelola emosi dan menyadari aspek sosial emosionalnya. Hal tersebut
akan sangat berpengaruh pada keputusan yang diambil terutama terkait dengan dilemma
etika. Pengelolaan sosial emosional guru akan menentukan bagaimana proses
pengambilan keputusan sehingga permasalahan dilemma etika dapat terselesaikan
dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal.
Pembahasan studi kasus yang terkait dengan
masalah moral dan etika akan sangat tergantung pada bagaimana kepemilikan nilai-nilai
kebajikan dari guru yang bersangkutan. Jika guru menganut nilai-nilai kebajikan
yang positif dan memiliki keberpihakan pada siswa tentu setiap keputusan yang
diambil akan selalu mempertimbangkan dampak yang akan dialami oleh siswa di
masa depannya. Agar mampu menyelesaikan permasalahan terkait moral dan etika,
tentunya guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan yang terkait dengan moral
dan etika yang baik hingga dapat dijadikan teladan.
Pengambilan keputusan secara tepat perlu
terus dipelajari dan dilatih agar mampu membawa perubahan ke arah yang lebih
baik. Setiap keputusan yang diambil oleh guru akan sangat berpengaruh pada
lingkungannya. Jika guru mampu menjalankan pengambilan keputusan yang membawa
kebaikan bagi semua pihak akan membawa dampak positif bagi keberangsungan
proses pendidikan. Lingkungan akan kondusif, aman dan nyaman untuk kegiatan
pendidikan secara menyeluruh.
Penanganan kasus dilemma etika yang
terjadi di lingkungan sekolah tempat saya menjalankan tugas selama ini masih
belum maksimal menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian. Hal
ini menjadi tantangan bagi guru penggerak maupun kepala sekolah untuk
menciptakan paradigma baru dalam pengambilan keputusan. Harapannya, dengan
menerapkan konsep pengambilan keputusan secara baik dan benar akan mampu membawa
perubahan ke arah yang lebih baik.
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus
mampu melakukan proses pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Kita
semua harus menyadari bahwa setiap murid adalah istimewa. Mereka memiliki
karakter masing-masing sehingga tidak dapat disamakan antara satu dengan yang
lain. Karakter yang berbeda tersebut menuntut kita sebagai guru harus mampu
memberikan perlakuan yang berbeda. Setiap pengalaman belajar yang sesuai
dengan minat murid akan mampu membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka
sehingga akan dapat belajar dengan penuh antusias. Disinilah pentingnya
penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah karena mampu mengakomodir
kebutuhan belajar peserta didik.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus
menyadari sepenuhnya bahwa setiap tindakan yang diambil akan sangat berpengaruh
pada masa depan murid-muridnya. Pengambilan keputusan yang terkesan
terburu-buru tanpa melalui proses pertimbangan yang matang akan membahayakan
masa depan murid. Untuk itu guru harus memahami 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9
langkah pengujian dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan.
Dari pemaparan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menguasai konsep
pengambilan keputusan sehingga mampu menerapkannya dalam proses pendidikan yang
dilakukan di sekolah. Hal ini penting karena menyangkut masa depan murid
sehingga sebagai guru wajib memberikan pendidikan yang menuntun dan menyeluruh
sesuai dengan filosofi pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Oleh
karena itu, setiap keputusan yang diambil harus memiliki keberpihakan pada
murid sebagai wujud dari proses pendidikan yang berpihak pada murid.
Materi pengambilan keputusan ini merupakan
materi yang sangat menarik karena memberikan pengetahuan baru sekaligus
menantang. Konsep dilemma etika, bujukan moral dengan 4 paradigma, 3 prinsip
dan 9 langkah pengujian dapat dipahami dan dipelajari dengan diikuti banyak
latihan. Dengan banyak berlatih maka harapannya akan semakin mudah dalam
menerapkan konsep pengambilan keputusan.
Sebelum mempelajari modul tentang
pengambilan keputusan, saya sebagai guru pernah dihadapkan pada permasalahan
dalam situasi moral dilemma. Namun demikian dalam proses pengambilan keputusan
belum menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian sehingga masih
menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat konvensional hanya dengan
tujuan bahwa keputusan yang diambil tidak merugikan pihak lain.
Dengan mempelajari topik tentang konsep
pengambilan keputusan, saya menjadi paham bagaimana idealnya proses pengambilan
keputusan itu harus dilakukan. Perlu pemahaman yang lebih untuk dapat mengambil
keputusan secara tepat. Selain itu perlu latihan sesering mungkin agar terbiasa
mengambil keputusan dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah
pengujian. Jika sebelum mempelajari modul ini, saya tidak mengenal konsep
pengambilan keputusan, maka setelah mempelajari modul ini, saya akan mencoba
dan terus berlatih agar mampu melakukan pengambilan keputusan dengan tepat
menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.
Terima kasih ilmunya.
BalasHapusLuar biasa..
BalasHapusIlmu yang bermanfaat 👍dapat pencerahan baru
BalasHapusMantap.kl pertlu ditularkan pd bp/ib guru yg lain mb
BalasHapusKonsep yg bisa sy tiru untuk pembelajaran pjok
BalasHapusMantap . .. Terima kasih ilmunya bu guru
BalasHapusGuru harus mampu mengelola emosi dan memahami aspek sosial emosionalnya. Setuju sekali dengan pernyataan ini
BalasHapusBagus sekali Bu Guru, dg begitu bisa menumbuhkan sikap demokratis dan leadership siswa.
BalasHapusTerima kasih ilmunya👍👍
BalasHapusLuar biasa..bermanfaat sekali ilmunya
BalasHapusKeren bu guru. Sangat menginspirasu
BalasHapusTerima kasih ilmunya Bu guru
BalasHapusMenambah pengetahuan dan wawasan bagi saya bu guru
BalasHapusKeren bu guru. Luar biasa
BalasHapusSangat menginspirasi bu guru,,, keren lanjutkaaaan
BalasHapus